Pada akhirnya setiap perbuatan kita akan diuji. Jika perbuatan kita tahan uji, kita akan mendapat upah (1Kor. 3:14).
Yeremia terus mengatakan bahwa Yerusalem akan diserahkan kepada Babel, dan meminta penduduk Yerusalem untuk tidak melawan, melainkan menyerahkan diri. Mereka yang tidak mau menyerahkan diri kepada Babel dan bertahan di Yerusalem akan mati oleh pedang, kelaparan, dan penyakit sampar, sedangkan mereka yang menyerahkan diri akan tetap hidup (1-3).
Para pemuka mendesak raja untuk menghukum mati Yeremia karena telah mematahkan semangat para prajurit (4). Raja Zedekia terpaksa menyetujui usulan para pemuka. Mereka memasukkan Yeremia ke dalam perigi berisi lumpur (5-6). Tujuan mereka adalah supaya Yeremia dibiarkan mati kelaparan.
Ebed-Melekh (artinya hamba raja)-seorang Etiopia-ketika melihat apa yang terjadi, ia melaporkan kepada raja apa yang dilakukan terhadap Yeremia. Lalu, atas izin raja ia membawa orang untuk menyelamatkan Yeremia (7-13).
Penilaian dunia dan penilaian Tuhan sering sekali berbeda. Mungkin bagi dunia apa yang dilakukan Ebed-Melekh adalah tindakan bodoh yang tidak menguntungkan, bahkan membahayakan diri sendiri. Tetapi, ternyata bagi Tuhan, perbuatan itu memiliki nilai kekal. Tuhan Yesus berkata bahwa apa yang kita lakukan terhadap salah satu saudara-Nya yang paling hina, kita sudah melakukannya untuk Dia (Mat. 25:40). Perbuatan Ebed-Melekh itu adalah perbuatan yang sangat berkenan kepada Tuhan, sehingga perbuatan itu dicatat dalam Alkitab dan akan dikenang sepanjang masa.
Kita perlu meminta kepekaan kepada Tuhan supaya kita dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang memiliki nilai kekal. Untuk itu, janganlah kita memikirkan apakah tindakan yang kita lakukan menguntungkan diri kita atau tidak. Sebaliknya, kita perlu memikirkan apakah tindakan yang kita lakukan akan berkenan kepada Tuhan atau tidak.
Belajarlah agar kita melakukan perbuatan yang benar dan bukan yang menguntungkan saja. [INT]
Beri Komentar